Langsung ke konten utama

Kebaikan Berbuah Kebaikan

https://images.unsplash.com/photo-1528033978085-52f315289665?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=750&q=80

Tak bisa dipungkiri manusia itu sangat beraneka ragam. Dari situlah kesabaran, keteguhan, ke-profesionalitas kita juga dipertanyakan. Sudahkah kita menjadi insan yang budiman?

Dalam beberapa kesempatan kita sering menemukan sebuah pilihan. Dan biasanya pilihan itu saling bertolak belakang. Yang satu baik, yang satu buruk. Untuk memilih pilihan tersebut, kita masih terbiasa berpikir karena ragu-ragu dalam memilih. Memang, pilihan yang baik kadang terasa pahit. Tapi ia akan berasa manis di akhir.

Tahu founder dari GOJEK? Berawal dari pemikiran, idealisme sederhana. Mencari solusi untuk mempermudah manusia-manusia di Jakarta agar tak bergelut dengan kemacetan arus lalu lintas di sana. Dan tentunya juga bisa menjadi lapangan kerja untuk mereka yang kesulitan mencari kerja. Maka terlahirlah apa yang sekarang kita lihat di jalan-jalan kota. Jaket hijau, helm hijau, banyak berlalu lalang melaksanakan masing-masing tugasnya. Ada yang mengantar penumpang, mengantar paketan, mengantar makanan. Dan yang pasti mereka sedang mengantarkan rezeki untuk orang-orang yang disayanginya.

Berawal dari niat mulia untuk membantu berbagai jenis manusia, mereka melangkah. Setelah satu dua langkah, usaha mulia itu menemui banyak pro dan kontra. Mereka tetap melangkah, dan tak menyangka bahwa idealisme sederhana yang mereka usahakan ternyata melanglang buana dan membuka sebuah jalan baru bagi para pencari kerja.

Sisi lainnya yang jadi penekanan ialah, kebaikan akan membuahkan banyak kebaikan yang lain.

Jika kita mengaca kepada manusia terbaik yang pernah ada di dunia ini, yakni Rasuulullaah Shallallaahu 'alaihi wasallam. Beliau melakukan kebaikan-kebaikan tanpa berpikir panjang. Di awal kehidupannya, beliau adalah orang yang dikenal kejujurannya, akhlaknya yang mulia, dan kepiawaian beliau dalam segala hal. Ketika beliau mendakwahkan Islam yang lain dan tak bukan adalah sebuah kebaikan, maka beliau pun dicap sebagai seorang penyihir, orang gila, dukun serta julukan-julukan keji lainnya.

Apa yang terjadi di masa beliau mendekati ajalnya? Ternyata banyak orang berbondong-bondong mengikuti apa yang telah beliau sampaikan. Dan menyebarkannya hingga sampai kepada pembaca yang sedang membaca tulisan ini.

Dan lihatlah sejarah. Apa yang telah dilakukan oleh ummatnya yang teguh mengikuti sunnahnya. Sebuah peradaban besar pernah terlahir dari rahim kaum muslimin. Meskipun kini peradaban itu memudar, jika pembaca adalah seorang muslim sejati, maka tugas kita untuk menerangkannya kembali.

Kebaikan akan membuahkan banyak kebaikan yang lain.

Diketik di Pondok tercinta,
@Pondok Informatika Al Madinah Yogyakarta,
Wedomartani, Ngemplak 55584, Sleman, DIY

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersikap Sok Sibuk?

Terkadang sebenarnya kita ini sedang nggak sibuk. Tapi ngakunya sibuk. Ya begitulah manusia. Lalu bagaimanakah cara kita menyikapi diri sendiri yang sukanya sok sibuk? Sebenarnya, hidup ini bagusnya ya kita sibukkan dengan kebaikan. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, segala hal yang kita lakukan dalam keseharian kita adalah kesibukan yang bermakna. Tidak hampa. Dari 24 jam yang ada, kita alokasikan waktu untuk setiap kegiatan yang akan kita lakukan. Alangkah bagusnya ketika mau tidur kita sudah muhasabah terhadap apa yang telah kita lakukan di hari itu dan telah memikirkan apa yang akan kita lakukan esok hari. Dalam kasus ini, ya semacam rencana "Mau buat baik apa saja besok?". Setelah itu, di pagi harinya hendaknya kita berusaha melakukan apa-apa yang telah kita rencanakan saban hari. Dan mulai menyibukkan dengan aktivitas kebaikan. Jika sekiranya sedang santai, cari tambahan kegiatan yang bermanfaat. Kalaupun lagi lelah dan butuh istirahat, ya bolehlah isti

Makan Bangku Sekolah

Makan Bangku Sekolah Ungkapan (judul) di atas mungkin sudah tak asing di telinga kawan-kawan. Mayoritas di masa kini, tentu kalian juga pernah memakannya bukan. Tulisan ini saya khususkan untuk sebuah kalimat yang saya buat di status WhatsApp beberapa waktu sebelum saya menulis blog ini. Kalimat tersebut tertulis… Sekolah Sik Wahh.. (Terkenal, bergengsi) Kalah Karo madrasah Sik barokah Kita mulai dari kata sekolah . Sekolah adalah kata serapan dari bahasa Inggris (school), yang berarti sebuah tempat untuk belajar. Akhiran -ah dalam bahasa Indonesia, terpengaruh dari serapan bahasa Arab. Tepatnya akhiran (ة) ta’ marbuthah yang di baca waqaf. Kata Sik berarti yang , dalam bahasa Indonesia. Kata wah adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan kekaguman atau rasa kagum terhadap suatu subjek/objek. Kata kalah Karo memiliki makna kalah dengan. Kelompok kata tersebut digunakan untuk menyatakan perbandingan. Kata madrasah merupakan serapan dari bahasa Arab مدرسة y

Apa yang Kau Ambil Dari Kawan (Bagian I)

Apakah kamu memiliki teman? Mestinya punya. Dengan beragam keunikan yang dimiliki setiap individu tersebut, kita sering berinteraksi dengan mereka. Punya sebuah cermin? Kalau kau tidak punya, maka akan kukatakan bahwa teman adalah cerminan dari kita. Kurang lebih seperti itu. Apa yang kita lakukan akan merefleksikan siapa diri kita. Misal saja nih ya jika kita berteman dengan pemain moba. Kemudian kita sering duduk di sampingnya yang mana dia sedang men dulek-dulek smartphonenya. Maka secara tidak langsung kita pasti juga sedikit banyak tahu tentang apa yang berhubungan dengan moba. Double kill, enemy killing spree, victory, dan segenap keluarga kosakata yang ada di sana. Tapi bukan hanya itu saja yang kumaksud. Di lain hal yang bisa berpengaruh untuk kita ya, ia jadi nggak bisa diganggu gugat kalau sedang main moba dan yang sejenisnya. Ketika kita ajak dia makan misalnya, terkadang si dia lebih memprioritaskan moba ketimbang makan bareng. Ia jadi tak acuh dengan kita.