Langsung ke konten utama

Akar dari Dirimu

Pentingnya mengetahui nasab


Kalau ditanya nama bapak dan nama ibu pasti semua pada tahu kan? Iya sih ngga semuanya juga. Tapi pada umumnya ya pada kenal lah, masak sama bapak ibunya ngga tahu.


Sekarang coba naik level, Simbah? Mungkin juga pada tahu namanya. Buyut? Mungkin juga tahu namanya. Canggah? Mungkin beberapa juga yang tahu.


Bagi yang masih keturunan keraton atau bangsawan, mungkin masih ada dokumen yang menampilkan nama-nama leluhurnya. Tapi bukan masalah kalian itu keturunan keraton atau bukan.
Pernah mendengar tentang penyakit menurun bukan? Jika penyakit bisa menurun mengapa tidak dengan kebaikan?


Manusia memiliki sifat. Sifatnya sangat beragam. Dalam satu individu, terdapat berbagai macam sifat yang dimilikinya. Diantara sifat yang dimilikinya, ada sifat-sifat yang menonjol atau menjadi ciri khas dari individu tersebut. Baik sifat yang baik atau sifat yang tidak baik.


Jika kita mengenal dengan baik siapa mbah-mbah alias leluhur kita, bagaimana sifatnya, apa karya yang mereka berikan untuk lingkungan, seperti apa lika-liku jalan yang dilewatinya. Maka semua itu bisa dijadikan pelajaran bagi kita yang tak lain adalah keturunannya.


Siapa yang tak mengenal Nabi Muhammad Shalallâhu 'alaihi wasallam. Ia adalah keturunan Abdul Muthalib pelayan baitullâh, keturunan Qushay bin Kilab sang Raja Makkah, keturunan Ismail 'Alaihis salam anak yang patuh kepada ayahnya, , keturunan Ibrahim 'Alaihis salam seorang pemuda yang diusir kaumnya (bahkan oleh ayahnya sendiri) karena keimanannya.


Sejarah akan membuat kita menjadi kuat. Ia ibarat sebuah akar dari sebuah pohon. Semakin dalam kita mempelajari sejarah, makin kokoh pula jiwa raga kita dalam menghadapi kehidupan.


Setelah baca ini, belajar sejarah ya. Sejarah bapak ibu, Simbah, nenek moyang, tempat kita tinggal, suku, hingga sejarah bangsa. Karena disitulah letak akar kita. Jika pengetahuan kita tentang itu cuma sedikit, maka kita akan mudah sekali jatuh diterpa angin.


Jika hal di atas kalian benar-benar kesulitan mencarinya, maka Islam setidaknya masih menjadi akar yang bisa menembus melebar di dalam kegelapan bumi. Karena Islam adalah akar pertama yang kita miliki sebelum akar-akar yang disebutkan di paragraf sebelumnya.

Komentar

  1. I've been read. Good brader. Keep on writing. Baarakallaahu fiik.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuma Satu Paragraf

Kadang selalu ada halangan ketika kita mau menulis sesuatu. Tak punya ide untuk dituliskan. Tak menyisihkan waktu untuk menuliskan. Sengaja malas tak mengungkapkan. Tapi nyatanya, seharusnya jika kau memiliki sebuah ide, sepantasnya engkau ikat ide itu. Kata para ulama, jika kau menuntut ilmu, maka ikatlah ilmu itu dengan tulisan. Karena ia(ilmu) itu bagai binatang buruan yang akan dengan mudah lepas jika kau tak mengikatnya. Seperti judulnya. Ini cuma satu paragraf. Sekali lagi, jika kau punya ide, ikatlah ia! Publikasikan walau cuma satu paragraf!

Pasar Gentan

Pagi Hari di Pasar Gentan Seperti biasa, pagi itu santri pergi ke pasar. Pasar Gentan namanya. Bagi yang sedang dapat piket masak, pagi itu mereka harus pergi ke pasar. Buat apa? Buat cari bahan untuk di masak. Pasar ini termasuk lama. Cuma bangunannya aja yang termasuk baru. Soalnya habis direnovasi sekitar lebih kurang 4-5 tahunan sebelum tulisan ini di tulis. Pasar ini terletak di pinggir Jalan Kaliurang km 10an. Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di pasar ini menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari. Ada sayur mayur, buah-buahan, daging ayam, ikan segar, bumbu dapur, dan beberapa stand jajanan pasar. Biasanya, Kami, santri yang sedang belanja ke pasar di amanahi titipan teman. Apa titipannya? Suruh beliin pukis, kalau nggak bubur kacang ijo. Jadilah belanja agak lama di pasar. Tapi tak apalah, nanti juga dapat bagian karena udah beliin. Haha. Tapi, di pasar ini saya sadar. Bahwa kehidupan memang keras. Pagi buta mereka sudah beran...